12.00

Bising Jantung

BISING JANTUNG

Bising jantung terjadi akibat aliran turbulen darah melalui jalan yang sempit, baik pemnyempitan mutlak/organic maupun penyempitan relative (jumlah darah yang berlebih melalui lubang yang normal).

Untuk menentukan adanya bising, seluruh dinding thorax harus diperiksa secara sistematis dan cermat, bahkan juga daerah leher dan abdomen.

Pada setiap bising harus diperinci berturut-turut:

1. Waktu terjadinya bising pada siklus jantung, apakah ada fase sistolik, diastolic atau terus-menerus.

2. Kontur bising, apakah platu, kresendo, Dekresendo atau kresendo-dekresendo.

3. Derajat bising, yang dinilai dengan skala 1-6

· Derajat 1: bising sangat lemah, hanya terdengar oleh pemeriksa yang berpengalaman di tempat tenang.

· Derajat 2: bising yang lemah tapi mudah didengar, penjalaran terbatas.

· Derajat 3: bising yang cukup keras, tidak disertai getaran bising, penjalaran sedang sampai luas.

· Derajat 4: bising yang keras dengan disertai getaran bising, penjalaran luas.

· Derajat 5: bising yang keras, yang juga terdengar bila stetoskop tidak seluruhnya menempel pada dinding dada, penjalarannya sangat luas.

· Derajat 6: bising sangat keras, terdengar bila stetoskop diangkat 1 cm dari dinding dada, penjalarannya sangat luas.

4. Pungtum maksimum yaitu tempat terdengarnya bising yang paling keras.

5. Penjalaran, yang dapat terjadi melalui 2 cara yaitu penjalaran ke semua arah/tidak spesifik akibat konduksi dinding dada dan penjalaran yang khas sesuai dengan aliran darah. Penentuan jenis penjalaran yang kedua ini mempunyai nilai diagnostic yang lebih penting.

6. Tinggi nada (pitch); pada bayi dan anak, tinggi nada bising berkisar pada frekuensi medium. Nada sangat tinggi atau sangat rendah penting untuj diagnostis.

7. Kualitas bising, yang data bersifat kasar, vibrasi, meniup tanpa vibrasi dan lain-lain.

8. Perubahan intensitas bising akibat fase respirasi atau perubahan posisi. Anak besar dapat diminta menahan napas waktu ekspirasi atau inspirasi. Anak diperiksa pada posisi telentang, miring ke kiri dan duduk dengan membungkuk ke depan.


Secara umun bising dapat dibagi dalam:

a. Bising organic, terjadi akibat kelainan struktur pada system kardiovaskuler.

b. Bising fungsional, yang terjadi akibat keadaan curah jantung yang meningkat, misalnya pada anemia, demam, tirotoksikosis, latihan fisik, ansietas, dan lain-lain.

c. Bising inosen, ialah bising normal yang disebabkan turbulensi fisiologis atau vibrasidi dalam ruang jantung atau pembuluh darah. Pelbagai bising inosen dapat ditemukan pada 50-75% anak normal. Karena seringnya bising inosen ini dirancukan dengan bising organic, maka akan dibahas lebih lanjut di bawah ini:

Ciri-ciri bising inosen:

1. Biasanya terdapat pada fase sistolik, kecuali dengung vena.

2. Biasanya pendek dengan penjalaran buruk/tidak khas.

3. Intensitasnya lemah, biasanya sampai derajat 2.

4. Dengan perubahan posisi, bising inosen cenderung melemah/menghilang/berubah intensitasnya.

5. Dengan maneuver valsava, intensitas bising berkurang atau menghilang sama sekali.


Table 1: JENIS DAN KARAKTERISTIK BISING INOSEN (Anthony dkk, 1979)

Jenis bising

Tipe

Lokasi

Sifat

Mirip dengan

Bising ejeksi basal

Ejeksi

Tepi kiri atas sternum

Sedikit menjalar

Stenosis pulmonal, defek septum atrium

Bising pulmonal fisiologik pada neonates

Ejeksi

Kedua tepi bagian atas sternum

Menjalar ke punggung dan aksila

Stenosis pulmonal perifer

Bising vibrasi (bising still)

Sistolik dini

Tepi kiri bagian bawah sternum

Menjalar sepanjang tepi sternum, vibrasi kasar

Defek septum ventrikel kecil

Dengung vena (venous hum)

Kontinu

Leher dan tepi atas sternum

2 puncak, hilang bila berbaring, jelas bila duduk, berubah pada perubahan posisi kepala

Duktus arteriosus, malformasi arteri- vena

Bruit supra klavikular

Ejeksi

leher

Berkurang pada hiperekstensi kepala

Stenosis aorta

Bising kardiorespiratorik

Sistolik

Tepi kiri sternum

Sebenarnya suara napas, hilang bila napas ditahan

Defek septum ventrikel

0 komentar: